Tahukah sejarah Gendowor? Dia adalah plekatik yang setiap harinya bertugas sebagai pencari rumput untuk santapan kuda piaraan milik junjungannya; Adipati Tegal Martoloyo.
Sekalipun plekatik, dia orang kepercayaan Adipati Martoloyo sekalugus menjadi orang kepercayaan Sunan Amangkurat II (Raden Anom).
Suatu hari Gendowor yang memiliki nama asli Ki Pranantaka diperintah oleh Sunan Amangkurat II untuk mencari kembang Wijayakusuma di Nusakambangan. Perintah tersebut berhasil dijalankan hingga suatu saat dia diberi gelar Raden Harya Sindureja oleh Sunan Amangkurat II.
Gendowor dan Adipati Martoloyo mempunya hubungan dekat, selain sebagai orang kepercayaan juga dipercaya untuk mengurus kuda sang adipati. Pandangan dia juga sejalan dengan Adipati Martoloyo yang tidak setuju adanya kerjasama Mataram dengan kompeni Belanda. Gendowor juga dikenal mempunyai pribadi yang polos, jujur, dan berhati mulia.
Karena sifatnya itulah dia dipercaya Sunan Amangkurat II sebagai pembuka jalan saat Sunan Amangkurat II pergi ke Jepara.
Setelah Adipati Martoloyo wafat pada 17 Januari 1678, Tegal dimpinpin oleh Raden Harya Sindureja selama tiga tahun. Selama tiga tahu itu, dia melakukan pengembangan ekonomi pertanian dengan membuka dan memperluas lahan pertanian.
Pada tahun 1680, Raden Haryo Sindureja wafat, menurut buku "Tegal Sepanjang Sejarah", Gendowor tewas ditembak Belanda di Tembok Banjaran, Kecamatan Adiwerna dan dimakamkan di Tembokluwung.
Di mana makam Gendowor? Jika Anda dari arah utara di samping Polsek Adiwerna ada jalan masuk ke timur. Kurang lebih 200 meter ada perempatan belok ke kanan masuk ke arah selatan lurus kurang lebih 500 meter menuju makam Gendowor yang banyak ditumphi pohon jati. Itulah makam Gendowor yang pernah menjadi bupati Tegal zaman kekuasaan Amangkurat II.
-------
Lanang Setiawan, kolomis dan novelis penerima Hadiah Sastra "Rancage" 2011.